Friday, October 10, 2008

ironis

Ironis,
Ya, satu kata itulah yang terlintas dalam benak saya saat mendengan
beberapa berita di televisi akhir-akhir ini mengenai operasi pasar
beras untuk rakyat miskin. Bagaimana tidak, dalam pembagian beras yang
notabene untuk orang miskin tersebut ternyata masih banyak pihak yang
mencari keuntungan sendiri. Berapa kali saya dengar dalam berita
tersebut bahwasanya banyak beras operasi pasar tersebut yang malah
jatuh ketangan para pedagang yang akan menjual kembali beras tersebut
pada orang miskin, yang sebenarnya lebih berhak dan lebih perlu atas
beras tersebut, untuk mendapatkan keuntungan sendiri.
Banyak opini yang mengatakan perlunya bulog ,sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas operasi pasar tersebut, untuk meningkatkan
pengawasan dalam operasi pasar yang dilakukannya. Tetapi opini saya
sendiri mempertanyakan "sudah semiskin inikah mental bangsa kita?".
"Sudah sebegitu mengakarkah perilaku purbakala yang hanya mengedepankan
id tanpa kendali ego dan superego ini pada bangsa kita?" Karena
ternyata bukan hanya pihak atas yang terus mengambil keuntungan
sambil membutakan mata dan hati mereka atas keadaan orang lain dinegara
ini yang dalam orasi-orasi jaman perjuangan dulu disebut sebagai
"saudara-saudara sebangsa dan setanah air!!!", tapi juga pihak bawah
yang menggunakan setiap kesempatan yang ada dan yang mereka miliki
untuk untuk mengeruk keuntungan pribadi. Tidak ada pihak yang malu
untuk meminta kenaikan gaji, atau memborong beras operasi pasar
sementara banyak diantara saudara-saudaranya yang bahkan untuk
mendapatkan nasi aking pun sudah kesusahan. Tidak ada pihak yang merasa
malu untuk menuntut pembangunan ruang-ruang mewah pribadi dikantor
mereka sementara banyak orang yang harus tinggal di penampungan.
Berapa banyak pula orang yang merasa keberatan mengembalikan beberapa
puluh uang rapel dengan alasan mereka tidak punya cukup uang, dengan
segala kendaraan dan tempat tinggal mewah yang mereka miliki, sementara
banyak orang yang bahkan untuk mencari uang 10.000 rupiah pun sudah
setengah mati.
Kadang terngiang kembali kata-kata seorang teman saya, "Indonesia
memerlukan revolusi total untuk menghilangkan segala keburukan yang
mengakar dalam diri orang-orangnya. Satu generasi harus dimusnahkan
supaya rantai keburukan ini terputus." Suatu pemikiran yang absurd
memang, tapi cukup untuk mewakili bahwasanya segala masalah dan
kerusakan yang diderita bangsa kita ini karena memang kepribadian
bangsa kita yang rusak dan bahwasanya kerusakan itu akan terus
diturunkan pada generasi-generasi berikutnya bila kita tidak segera
sadar dan berusaha untuk berubah. Ya! kita, bukan saya, anda, kamu, atau kalian.

No comments:

BlogCatalog

Writing Blogs - BlogCatalog Blog Directory